Anggota Komisi X
DPR RI Dedi Suwandi Gumelar mengusulkan sebuah konsensus nasional agar
penilaian Ujian Nasional (UN) kali ini dibatalkan. Alasannya, banyak terjadi
permasalahan di lapangan yang membuat hasil akhirnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
“Ini harus jadi konsensus nasional. Dalam rapat kerja saya akan
sampaikan, rasanya pantas hasil UN ini dibatalkan seluruhnya. Tidak
adil, karena ada yang dapat foto copy, ada yang nyusul. Apalagi banyak
laporan kebocoran. Jadi anak-anak dinilai sekolah saja,” tegasnya dalam
acara dialog di Jakarta, Jumat (19/4).
Apalagi, tambah Dedi, putusan pengadilan pada tahun 2007
memutuskan agar UN tidak dilaksanakan sampai pemerintah dapat
meningkatkan kualitas guru, pemenuhan sarana dan prasarana serta akses
informasi yang lengkap di seluruh Indonesia.
“Putusan ini dikukuhkan Mahkamah Agung yang menolak kasasi
pemerintah,” lanjut anggota FPDIP yang akrab dipanggil Miing ini.
Ia mengingatkan, amanat UU No 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional juga memperkuat hal ini bahwa kelulusan peserta didik
ditentukan oleh satuan pendidikan yaitu guru dan kepala sekolah. Baginya
kasus semrawutnya pelaksanaan UN tahun ini harus menjadi pintu masuk bagi
pemerintah untuk melaksanakan amar putusan MA dan kembali ke UU.
“Pemerintah tidak bisa sekedar minta maaf. Pak Nuh sebagai menteri
memang harus bertanggung jawab. Tetapi sebagai bentuk tanggung jawab
moral, rasa malu, mundur adalah cara yang paling baik,” tegas Dedi Gumelar
yang akrab disapa Miing itu.
Sementara itu anggota Komisi X Jefirstson R Riwu Kore
menilai penyelenggaraan UN tahun ini sangat buruk. Ia berharap
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh harus bertanggungjawab atas
terjadinya berbagai persoalan terkait penyelenggaraan UN tahun
ini.
“Akibat penyelenggaraan UN yang kacau,negara mengalami
kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut bukan hanya kerugian materil,
tetapi juga kerugian psikologi anak yang tidak bisa dibayar dengan apapun,”
tegasnya.
Dia mengharapkan kasus UN tahun ini tidak terulang di tahun-tahun
mendatang. “Kejadian seperti ini tidak bisa dibayangkan, karena mereka sudah
siap melakukan UN, namun UN malah ditunda dengan waktu yang tidak jelas.
Tentu mereka sangat kecewa,” katanya.
Dia meminta Mendikbud, agar ada
pertanggungjawabkan yang jelas kepada publik. “Menteri tidak
cukup hanya minta maaf karena program UN adalah program tahunan yang sudah rutin
setiap tahunnya. Maka tidak ada alasan hal ini terjadi karena percetakan
yang disalahkan. Mestinya semua ini sudah dipersiapkan agar UN lebih baik dari
tahun yang lalu. Tetapi kenyataannya malah lebih jelek dari tahun kemarin,”
tegasnya.
Ia meminta Presiden SBY secepatnya memanggil Mendikbud agar bisa
mendapatkan informasi yang jelas tentang permasalahan yang terjadi. “Komisi X
DPR juga akan secepatnya memanggil Menteri untuk menjelaskan semua kejadian
yang mencoreng dunia pendidikan ini. Kalau Mendikbud tidak dipanggil
ke Komisi X DPR, seolah-olah membiarkan semua kejadian tersebut dan seolah-olah
lepas tangan. Dunia pendidikan akan hancur jika hal seperti ini dibiarkan.
Padahal kita tidak menginginkan pendidikan anak-anak kita jatuh,”
ujarnya. (from redaksi e-news)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda