SELAMAT UNTUK GARUDA JAYA U-19 YANG MEMBUNGKAM KORSEL 3-2 DALAM LAGA AFC CUP GRUP G

Senin, 06 Mei 2013

Kasus Tewasnya Siswa SD di Warnet jadi Pelajaran Berharga


                                                                              Inilah Barqi net, saat siswa tewas kesetrum
Sumenep, Lintas Madura (06/05/2013)- Kemarin, warga kota Sumenep dikejutkan oleh pemberitaan media tentang siswa SD IT Sumenep yang tewas saat berada di salah satu warnet di Jalan KH Agus Salim, Pangarangan. Warnet tersebut tidak jauh dari sekolah Muhammad Ahlul Birri (siswa kelas 6 yang meninggal) kurang lebih hanya 300 meter.

Menurut saksi mata, yang juga teman sekolahnya, Faris yang juga bersama korban Birri saat di warnet Barqi (Jl KH Agus Salim, barat jalan), dirinya bersama Birri memang sengaja datang ke warnet untuk mencari contoh soal-soal ujian nasional SD yang dilaksanakan serentak hari ini. Korban, Birri didapati tersengat kabel listrik di CPU ketika sedang browsing ia nternet. Birri tidak dapat diselamatkan meskipun pada saat minta tolong, Faris temannya, dan operator warnet langsung mematikan saklar listrik. Birri yang baru umur 12 tahun itu meninggal dalam perjalanan menuju RSUD Sumenep.

Tentu kasus ini saat ini tengah ditangani pihak kepolisian. Kapolsek Kota Sumenep, AKP Moh. Heri mengatakan, pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Ia juga meminta keterangan dari beberapa orang saksi yang pada saat kejadian sedang berada di TKP.

Jadi Pelajaran bagi Semua
Meskipun kasus ini diluar unsur kesengajaan, namun merupakan salah satu bentuk kelalaian para pemangku kepentingan. Satu pihak mungkin masyarakat umum banyak menyalahkan pengusaha warnet tersebut dikarenakan lalai dalam memberikan keamanan bagi pelanggan/pengguna sehingga mengakibatkan kematian seseorang. Tetapi justru ada yang mengatakan bahwa ini adalah buntut dari keruwetan dunia pendidikan saat ini.

Seperti yang disampaikan Sahwini Faried, dari Lembaga Kajian Madura Society Development mengatakan, bahwa sekolah-sekolah kita saat ini belum memproduksi bentuk layanan yang super bagi siswa, begitu pula dengan lingkungan rumahnya yang sering "cuek" pada problem anak. " kekurangnyamanan di sekolah dalam memberikan layanan yang super, lingkungannya yang kurang connect, ditambah situasi di luar yang kurang menguntungkan dan cenderung materialistis dari semua aspek  membuat anak akan mencari "sesuatu' yang lebih nyambung pada kebutuhan dirinya dan teman-temannya", tegasnya.

Wini juga menambahkan, ke depan sekolah-sekolah, apalagi sekolah idaman/favorit idealnya menyediakan kebutuhan siswanya daripada hanya terjebak pada formalistis dan berlomba-lomba memperbanyak siswa mendaftar. Begitupula dengan lingkungan rumah, sedianya menyediakan layanan kesenangan dan kenyamanan bagi anak, bukan malah terjebak pada "egoisme" lingkungan. Sementara para pengusaha layanan internet dan semacamnya harus mulai membuat sistem keamanan bagi pengguna/pelanggannya. Pemerintah seharusnya melakukan kontrol yang sehat dan kontinu bagi keberadaan usaha yang ada. (mam/lm)