SELAMAT UNTUK GARUDA JAYA U-19 YANG MEMBUNGKAM KORSEL 3-2 DALAM LAGA AFC CUP GRUP G

Jumat, 19 April 2013

Sempat Berpolemik : Pergunu Sumenep Terbentuk



Lintas Madura (19/04/2013)- Setelah sempat vakum karena polemik terkait dualisme kepungurusan, akhirnya melalui fasilitasi PCNU Sumenep untuk kedua kalinya, kepengurusan cabang Pergunu Sumenep terbentuk melalui agenda pertemuan perumusan kembali (restrukturisasi) organisasi, beberapa hari lalu . Hal ini dilakukan setelah kepengurusan lama yang dibentuk PCNU beberapa waktu lalu, tidak bergerak dikarenakan dualisme organisasi, yakni salah seorang tokoh NU Sumenep mengklaim telah membentuk kepengurusan dan telah diserahkan pada PBNU meskipun belum mendapat  SK Kepengurusan.

Penyempurnaan kepengurusan Pergunu kali kedua ini dihadiri Ketua Tanfiziyah PCNU, KH Panji Taufik dan jajaran pengurus harian PCNU Sumenep, pengurus Banom lainnya serta sejumlah pengurus lama (pembentukan fase pertama) ditambah guru-guru PNS dan Swasta yang berhaluan NU.

Pada pertemuan tersebut akkhirnya secara aklamasi memilih Abdul Hadi,S.Pdi;M.Pd, seorang guru swasta di Batuputih sebagai Ketua Umum dan beberapa pengurus harian lainnya. Dalam kiprahnya sebagai kader NU Dul Hadi tidak diragukan lagi, karena ia selain sebagai alumni santri Annuqoyah, juga pernah menakhodai organisasi kemahasiswaan ekstra kampus berhaluan NU, yakni ketua PMII Sumenep tahun 2002 lalu.

Pergunu yang merupakan tempat berhimpun dan  memberdayakan diri para guru Nahdatul Ulama (NU) diharapkan dapat membawa anggotanya dan kadernya berdaya dan memberdayakan. (mam/lm)

Banyak Peziarah, Kompleks Asta Katandur Perlu Perhatian Lebih



 
Makam Syekh Ahmad Baidawi (Asta Katandur-Bangkal Sumenep)
Kamis malam menjadi sangat berharga bagi masyarakat yang suka “ngalap” berkah melalui ziarah ke makam-makam yang dianggap wali. Seperti halnya di kompleks pemakaman Syekh Ahmad  Baidawi atau yang lebih dikenal dengan asta katandur.  Pada kamis malam (18/04) kompleks pemakaman Asta Katandur sebagai salah satu  situs sejarah religius kabupaten Sumenep tetap banyak dikunjungi peziarah yang datang dari berbagai wilayah, baik lokal maupun dari pulau Jawa, seperti  Jember dan daerah tapal kuda Jawa Timur lainnya.
Umumnya peziarah dari wilayah lain, membawa rombongan satu mobil atau satu bus. Mereka berada di kompleks pemakaman sekitar  satu sampai dua jam, untuk berdoa dan zikir atau membaca Al-Quran. Sedangkan peziarah yang datang dari wilayah Sumenep sendiri umumnya hampir kelihatan tiap hari datang, atau bahkan ada yang betah hingga berhari-hari atau berbulan-bulan yang lazim diistilahkan dengan tirakatan
.
Tak Ada Akses Jalan Layak
Namun, yang cukup disayangkan adalah akses jalan besar yang tidak ada sampai ke lokasi makam. Peziarah dari luar daerah harus memarkir mobil dan busnya di pelataran terminal Bangkal, lalu untuk menuju kompleks makam harus ditempuh dengan jalan kaki  sekitar  1 km jauhnya.
Lokasi Asta Katandur yang berada di pinggir Kali Paddusan memang cukup menyulitkan peziarah, karena mengendarai mobil sejenis L300 dan carry harus memarkir di utara Asta Katandur lewat jalan tembus perumahan Giling.  Sebenarnya bisa saja akses jalan besar dibuat dengan memperluas jalan utama perumahan giling ke utara yang bisa dilewati bus atau mobil besar dan membuat lahan parkir tepat di utara kompleks pemakaman Asta Katandur, namun tentu membutuhkan perencanaan matang.

Pemugaran Kompleks Makam
Sampai saat ini, memang telah terjadi perluasan pekarangan makam untuk memberi kenyamanan bagi peziarah yang sebelumnya hanya bangunan cungkup kecil. Sekarang bangunan utama makam setidaknya bisa menampung hingga 300 orang, meskipun lantai makam belum dikeramik baru sebatas pelesteran biasa.
Menurut salah seorang peziarah yang sering berhari-hari di kompleks Asta Katandur, Matrawi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian agar peziarah nyaman saat berziarah, yakni akses jalan tembus ke makam yang bisa dilalui bus dan mobil besar,  lampu penerangan yang terang benderang di sekitar kompleks makam, tempat wudu dan tempat peristirahatan para peziarah yang dari luar daerah. “ ya memang belum ada jalan besar, lantainya belum dikeramik yang baru direhab itu dan parkir yang aman bagi peziarah”, tuturnya.
Matrawi menambahkan kompleks Asta Katandur mendapat sentuhan bangunan berupa pagar dan musala ketika masih zamannya pak sekda Hadori, kemudian saat Bupati K. Ramdan yang menetapkan Asta Katandur sebagai situs sejarah Sumenep.(mam/lm)