SELAMAT UNTUK GARUDA JAYA U-19 YANG MEMBUNGKAM KORSEL 3-2 DALAM LAGA AFC CUP GRUP G

Sabtu, 13 Juli 2013

Pojok Sufi Ramadan (3): Puasa Para Wali

Dalam Alquran kata shiyam disebut delapan kali. Pada surat Al-Baqarah ayat 183, 187, dan 196 dua kali. Surat An-Nisa: 92, Al-Maidah: 89 dan 95 serta surat Al-Mujadalah: 41.

Kata shaum disebut satu kali yaitu di surat Maryam: 26. Kata shaimin disebut satu kali di surat Al-Ahzab: 35. Shaimat disebut satu kali dalam surat Al-Ahzab: 35. Tashumu disebut satu kali dalam Al-Baqarah: 184. Falyashumhu disebut satu kali di Al-Baqarah: 185.

Tiga belas kata shiyam atau shaum artinya sama, yaitu menahan makan, minum dan berhubungan seks di siang Ramadan. Hanya satu yang artinya berbeda yaitu kata shaum (QS Maryam: 26) yang artinya meninggalkan bicara.

Fakta dan kenyataan di dunia menunjukkan manusia lebih banyak shiyam. Yang menjalankan shaum hanya para wali yaitu tidak sekadar meninggalkan makan, minum dan berhubungan seks, tetapi juga meninggalkan bicara yang tidak ada artinya.

Dengan puasa, para wali berhasil mengislamkan warga Indonesia dari animisme dan dinamisme. Hal itu terjadi karena ketulusan dan kebersihan hati para wali dari ucapan yang kotor termasuk berdusta.

Luqman Hakim, ahli hikmah mengatakan, barang siapa yang bisa berpuasa dari dusta selama 40 hari, maka akan keluar dari mulutnya mutiara hikmah. Para wali di Indonesia, sebelum menyampaikan dakwah, berpuasa di tempat-tempat sepi atau lebih dikenal berkhalwat (semedi).

Sunan Kalijaga berkhalwat di pinggir kali, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Bonang di Bonang, Sunan Gunungjati di gua Datul Kahfi di Cirebon, dan lain-lain. Maka layak, begitu para wali menyampaikan pesan-pesan dakwah langsung bisa diterima oleh umat.

Di Bagdad, Abu Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dengan model puasa para wali, suatu hari mendapat ilham untuk datang ke sebuah gereja. Dia masuk ke gereja dan bergabung dengan jemaat gereja.
Terjadilah peristiwa aneh. Pada saat Baba sang penginjil menyampaikan tausiah, tiba-tiba dia tidak bisa bicara. Mulutnya terkunci tidak keluar suara. Dia kemudian menghentikan ceramahnya. Setelah merenung sang Baba berkata, ‘’Di dalam gereja ini ada umat Muhammad. Saya bisa melihat dari sinar mukanya’’.
Mendengar itu, Abu Yazid buru-buru berdiri untuk keluar dari gereja. Tetapi sang Baba penginjil mencegahnya. ‘’Tuan, Anda jangan keluar. Kalau Anda bisa menjawab 19 pertanyaan saya, saya akan percaya dengan agama Anda dan mengikutinya’’.
Abu Yazid agak terkejut mendengar pernyataan sang Baba. Namun dia mempersilakannya menyampaikan 19 pertanyaan itu. Sang Baba kemudian menyampaikan satu persatu pertanyaan agar dijawab Abu Yazid.
Secara berututan dia bertanya siapakah dzat yang satu dan tidak ada duanya. Apa dua yang tidak ada tiganya, apa tiga yang tidak ada empatnya, apa empat yang tidak ada limanya, apa lima yang tidak ada keenamnya, apa enam yang tidak ada ketujuhnya.
Apa tujuh yang tidak ada kedelapannya, apa delapan yang tidak ada kesembilanya, apa sembilan yang tidak ada kesepuluhnya. Apa ke-10 yang tidak ada sebelasnya, apa 11 yang tidak ada keduabelasnya, apa 12 yang tidak ada ketigabelasnya, apa 13 tidak ada keempatbelasnya, apa yang Allah ciptakan namun Allah mengingkarinya, apa yang Allah ciptakan tapi dia mengutuknya, apa yang bernafas tanpa roh, apa kuburan yang berjalan membawa penghuni kuburnya, apa pohon-pohonan yang bercabang duabelas tiap cabang beranting 30 dan tiap ranting berbuah lima. Dan pertanyaan terakhir, apa kunci surga.
Abu Yazid dengan tegas menjawab ke-19 pertanyaan itu. Pertama, satu yang tidak ada keduanya adalah Allah swt. Dua yang tidak ada tiganya siang dan malam. Tiga yang tidak ada empatnya yaitu pertanyaan Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Empat yang tidak ada limanya yaitu kitab samawi (Taurat, Zabur, Injil dan Alquran).
Lima yang tidak ada enamnya shalat wajib lima waktu. Enam yang tidak ada tujuhnya yaitu diciptakannya langit dan bumi (QS Qof: 38).
Sang Baba bertanya, ‘’Kenapa dalam ayat itu disebutkan Allah tidak merasa capai?’’. Abu Yazid menjawab, ‘’Karena orang Yahudi mengira bahwa hari ketujuh untuk istirahat Allah’’. Pertanyaan ketujuh, tujuh yang tidak ada delapannya ialah langit (QS Nuh:15). Pertanyaan kedelapan, delapan yang tidak ada sembilannya yaitu malaikat penjaga arsy (QS Al-Haqqoh: 117).
Sembilan yang tidak ada sepuluhnya yaitu mukjizat Nabi Musa (QS Al-Isra: 101). Sepuluh yang tidak ada sebelasnya yaitu amal kebaikan yang dilipatkan pahalanya 10 kali lipat. Sebelas yang tidak ada dua belasnya yaitu saudara-sudara Nabi Yusuf.
Dua belas yang tidak ada tiga belasnya yaitu pancuran air dari batu yang dipukul Nabi Musa. Tiga belas yang tidak ada empat belasnya yaitu sebelas saudara Nabi Yusuf ditambah bapak dan ibunya.
Allah menciptakannya tetapi menyebutnya sebagai munkar yaitu suara hewan khimar (QS Luqman:19) ‘’Sesungguhnya suara yang paling ingkar adalah suara khimar’’.
Jawaban dari pertanyaan Baba kelima belas yaitu tipu daya muslihat wanita (QS Yusuf: 28). Bernafas tanpa roh yaitu subuh (QS At-Taqwir: 18) wassubhi idza tanaffas.
Kuburan yang membawa penghuninya yaitu Ikan Hud yang menelan Nabi Yunus. Pohon yang bercabang 12 ialah tahun terdiri 12 bulan, tiap bulan 30 hari, tiap hari ada lima waktu shalat. Jawaban pertanyaan terakhir, kunci surga yaitu Laailaha Illallah Muhammadar Rasulullah.
Subhanallah, apa yang terjadi selanjutnya? Sang Baba dan seluruh penghuni gereja spontan mengucapkan kalimat syahadat dan menyatakan masuk Islam. Itu terjadi karena Abu Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dari berkata-kata kotor maka keluarlah mutiara hikmah dari mulutnya.
Dari mulut Abu Yazid yang bersih dan hati yang tulus masuk ke dalam telinga para penghuni gereja yang menembus dalam hati mereka. Mudah-mudahan ada manfaatnya. (dari berbagai sumber)

Gelar Pengajian Ramadan, Pemkab Minta Pelayanan Publik Ditingkatkan


Sumenep, Lintas Madura (12/07/2013)-Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Wakil Bupati, Ir. H. Sungkono Sidik meminta kalangan PNS untuk tetap dalam khidmatnya melayani masyarakat meskipun bulan puasa. Justru menurut mantan Kepala Bappeda ini, peningkatan pelayanan publik di bulan Ramadan akan menunjukkan bahwa PNS punya komitmen ketuhanan dan kemanusiaan. " mari jadikan bulan puasa untuk meningkatkan pelayanan, bukan sebaliknya dijadikan legalitas untuk banyak berdiam dan malas-malasan," tegasnya.

Acara pengajian yang merupakan siraman rohani itu mendatangkan Habib Mukhsin Al-Hinduan yang banyak menyinggung pemanfaatan bulan Ramadan dengan optimal.,"Kita harus memanfaatkan setiap waktu di bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya dan optimla . Banyak sekali hikmah yang dapat dicapai hamba di dalam bulan ini," jelasnya.

Tentang keistimewaan bulan puasa, Habib Muhsin memaparkn tentang beberapa perbuatan manusia yang dirindukan Allah,  yakni, orang yang istiqomah membaca Al-Quran, orang istiwimah dengan lisannya, orang yang bersedekah dengan ikhlas dan orang yang berpuasa di bulan Ramadan. Jika empat hal ini diterapkan dengan baik, maka keselamatan hidup di dunia dan akhirat akan tercapai dengan Rido Allah.


Acara pengajian yang digelar di Gedung Korpri ini sengaja diselenggarakan untuk membekali dan penyegaran ruhani bagi para PNS di lingkungan Pemkab Sumenep dan rutin dilaksanakan setiap tahun (mam/lm)