Senin, 24 Juni 2013
Masyarakat Madura Gelar Ritual Tradisi Syabanan
Madura,Lintas Madura (24/06/2013)- Saat Magrib tiba, masyarakat Madura tumpah ruah di masjid, musala, dan surau untuk berdoa di malam nisfu Syaban. Malam nisfu syaban diyakini umat Islam sebagai malam penanda akan datangnya bulan Ramadan dan malam ditutupnya buku amal manusia selama setahun.
Untuk itulah, malam nisfu syaban diisi dengan acara agar hidup selalu dapat petunjuk dan pertolongan dari Allah. Ritual tradisi syabanan ini diawali dengan salat Magrib berjamaah dan salat sunat 2 rakaat, kemudian membaca surah Yasin sebanyak tiga kali berjamaah. Biasanya setelah membaca surah Yasin dilanjutkan dengan zikir dan pengajian/tauziah dari sang Kyai. Setelah itu dilanjutkan dengan salat Isya berjamaah dan silaturrahmi antar warga dan kerabat untuk saling memaafkan. Tradisi saling memaafkan atau songkeman ini sangat semarak dengan hadirnya anak-anak yang berkunjung ke rumah-rumah untuk songkeman.
Bagi masyarakat tertentu ritual tradisi ini akan berlanjut sampai menjelang Subuh, yakni dengan melakukan ziarah ke makam orang-orang yang dianggap Wali. Tak ayal, sejak setelah Isya' ribuan orang peziarah memadati beberapa kompleks makam. Di Madura termasuk daerah tujuan ziarah banyak sekali makam yang diziarahi diantaranya Makam Syaich Kholil, Asta Rato Ebo (Bangkalan), Asta Batu Ampar (Pamekasan), Asta tinggi , Sayyid Yusuf, Asta Katandur, Asta Brambang (Sumenep).
Tradisi Syabanan di Madura menurut pengamatan Syarif Hidayat (penulis muda Madura di bloggernya) bukannnya mulus tidak ada hambatan. Kini, tradisi sya’banan ini menghadapi dua tantangan sekaligus. Pertama, puritanisme Islam yang menghantam langsung sendi tradisi dengan tudingan bid’ah dolalah. Kedua, arus modernisasi perkotaaan yang disimbolkan pola pikir individualistis plus pola pemukiman perumahan. " sejatinya tradisi bagus ini harus terus dikembangkan dengan fasilitasi pihak terkait", terangnya. (mam/lm)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda